Jakarta (Antara Babel) - "Buku adalah jendela dunia". Ungkapan itu
tampaknya diterapkan betul dalam pembangunan gedung baru Perpustakaan
Nasional di Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta.
Dari luar,
gedung baru yang diresmikan Presiden Joko Widodo pada 14 September ini
kelihatan seperti jendela. Bagian dalamnya juga meliputi ruang-ruang
luas dengan konsep hemat energi yang memiliki banyak jendela.
Sebelum
masuk ke bangunan dengan 24 lantai dan tiga ruang bawah tanah yang
disebut-sebut sebagai gedung perpustakaan tertinggi di dunia ini, ada
semacam pendopo yang difungsikan layaknya museum.
Di sana ada empat ruangan, masing-masing dua di sebelah kanan dan kiri, yang menampilkan riwayat baca bangsa Indonesia.
Ruang
Aksara menampilkan peta Indonesia di layar digital di salah satu sisi
dindingnya. Layar tersebut dilengkapi dengan suara yang menceritakan
kronologis rakyat Indonesia mengenal huruf.
Di sebelah Ruang
Aksara, ada ruangan yang menyajikan penjelasan mengenai perkembangan
media penulisan serta barang-barang yang menjadi saksi sejarah, seperti
media tulis bambu, kayu alim, daun lontar, gebang, dluwang daluwang,
kertas Eropa hingga kertas China.
Dan di selasar menuju gedung baru, naskah Nusantara asli dipamerkan dalam kotak-kotak kaca.
Ada
Nagarakretagama karya Empu Prapanca yang ahsyur, dan Babad Diponegoro
yang yang ditulis sendiri oleh Pangeran Diponegoro. Keduanya masuk dalam
daftar warisan budaya dunia UNESCO.
Di pendopo museum juga ada buku-buku tentang presiden pertama Republik Indonesia Soekarno lengkap dengan foto-fotonya.
(Gedung baru Perpustakaan Nasional yang terdiri atas 24 lantai (ANTARA News/ Nanien Yuniar))
Gedung baru
Keluar dari pendopo museum, ada ruang terbuka hijau dengan bunga warna-warni menuju gedung baru.
Deretan
lukisan presiden Republik Indonesia, mulai dari Soekarno hingga
presiden ketujuh Joko Widodo menyambut pengunjung yang memasuki gedung.
Di
tengah aula lobi utama berdiri rak buku yang menjulang hingga lantai
keempat. Di atasnya terdapat langit-langit bergambarkan peta Indonesia.
Rak tersebut menjadi spot foto favorit pengunjung.
Tangga berjalan berada di sisi kanan dan kiri aula, namun pengguna juga bisa memanfaatkan enam lift yang tersedia.
Naik
satu lantai, ada Ruang Layanan Keanggotaan Perpustakaan, tempat
pengunjung bisa mendaftar menjadi anggota untuk dapat memanfaatkan
fasilitas perpustakaan.
Pendaftaran tidak memakan waktu lama. Ada belasan komputer yang tersedia bagi pengunjung yang ingin mendaftar secara mandiri.
Setelah
mendaftar, pengunjung akan mendapat kertas nomor antre untuk memproses
kartu keanggotaan di empat konter layanan yang tersedia.
Layanan
Perpustakaan
Nasional menyediakan berbagai layanan. Di lantai 7 misalnya, ada
layanan koleksi anak, orang lanjut usia, dan penyandang disabilitas.
Area
membaca anak dirancang penuh warna dan dilengkapi dengan mainan. Selain
itu ada panggung mini untuk program-program khusus anak.
Sementara
layanan disabilitas dilengkapi dengan deretan koleksi buku Braille, dan
besi yang memudahkan para tuna daksa memilih buku sendiri.
Pengunjung
juga dapat menikmati koleksi audivisual, mulai dari video pidato
presiden Soekarno, VCD film berbagai genre, CD musik tradisional, hingga
K-Pop.
Di area tersebut terdapat fasilitas untuk memutar VCD dan CD, juga Movie Theater mini untuk menonton film bersama.
Bagi
yang tertarik dengan sejarah, layanan kolesi naskah Nusantara di lantai
9 wajib dikunjungi. Di sana pengunjung bisa membaca naskah kuno yang
asli maupun yang sudah disalin ulang.
Karena layanan tersebut
sifatnya tertutup, pengunjung tidak dapat mengambil buku sendiri.
Pustakawan akan mengambilkan buku dan buku tersebut dapat dibaca di
tempat, namun tidak bisa dipinjam untuk dibawa pulang.
Layanan tertutup juga diberlakukan untuk koleksi buku langka di lantai 14 dan koleksi referensi di lantai 15.
Lantai-lantai
tersebut dilengkapi dengan ruang-ruang baca yang nyaman dengan furnitur
yang minimalis, serta ruang baca dengan bilik kaca agar pengunjung
dapat lebih fokus.
Sementara layanan multimedia ada di lantai 19,
yang meliputi dua ruangan, satu ruangan untuk pengunjung yang membawa
laptop sendiri, dan satu lagi ruangan dengan banyak komputer untuk
pengunjung yang ingin berselancar di Internet namun tidak membawa
laptop.
Lantai 21 dan 22 yang merupakan tempat layanan terbuka untuk membaca dan meminjam buku.
Melengkapi
barisan rak buku, terdapat berbagai furnitur warna warni di sana, serta
bantal-bantal duduk di tangga yang menghubungkan lantai 21 dengan 22.
Di
lantai paling atas, lantai 24, selain ruangan eksekutif untuk menerima
para tamu penting, ada koleksi budaya nasional. Selain itu, ada ruang
terbuka yang menawarkan pemandangan Jakarta dari ketinggian.
Berikut daftar lengkap peruntukan setiap lantai di gedung baru Perpustakaan Nasional:
Lantai 1: Lobi Utama
Lanta 2: Ruang Layanan Keanggotaan Perpustakaan dan Ruang Teater
Lantai 3: Zona Promosi Budaya Baca Gemar Membaca
Lantai 4: Ruang Pameran Koleksi Perpustakaan
Lantai 5: Perkantoran
Lantai 6: Data Center/ Musholla
Lantai 7: Layanan Koleksi Anak, Lansia, dan Disabilitas
Lantai 8: Layanan Koleksi Audivisual
Lantai 9: Layanan Koleksi Naskah Nusantara
Lantai 10: Penyimpanan Koleksi Deposit
Lantai 11: Penyimpanan Koleksi Monograf Tertutup
Lantai 12: Ruang Baca Koleksi Deposit
Lantai 13: Ruang Baca Koleksi Monograf Tertutup
Lantai 14: Layanan Koleksi Buku Langka
Lantai 15: Layanan Koleksi Referens
Lantai 16: Layanan Koleksi Foto, Peta, dan Lukisan
Lantai 17: Kantor Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia
Lantai 18: Kantor Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia
Lantai 19: Layanan Multimedia
Lantai 20: Layanan Koleksi Berkala Mutakhir dan Ilmu Perpustakaan
Lantai 21: Layanan Koleksi Monograf Terbuka (Klas 000-049)
Lantai 22: Layanan Koleksi Monograf Terbuka (Klas 500-999)
Lantai 23: Layanan Koleksi Mancanegara dan Majalah Terjilid
Lantai 24: Layanan Koleksi Budaya Nusantara dan Executive Lounge
Ruang-ruang
luas dengan berbagai fasilitas dan layanan untuk berbagai kalangan
serta penataan dan pencahayaan yang baik menjadikan Perpustakaan
Nasional sebagai tempat menikmati khazanah bacaan yang jauh dari kesan
membosankan.
Menjelajahi Gedung Baru Perpustakaan Nasional
Jumat, 22 September 2017 9:28 WIB